18 Oktober 2012

Listik Untuk Kehidupan yang Lebih Baik

            Beberapa tahun lalu, saat malam datang dan saya sedang terpukau di depan layar televisi, bapak saya akan mendekati saya. Menepuk pundak saya dan berkata pelan :
“Kamu beruntung nak, bisa belajar dengan lampu yang terang benderang.”
Dengan kata lain saya disuruh belajar dan sudah saatnya televisi dimatikan. Baiklah.
            Menurut cerita ayah dan ibu, jaman dulu mereka belajar ditemani oleh senthir, semacam lampu minyak bersumbu yang nyalanya sendiri tidak terlalu terang. Mata cepat pedih, dan –maaf- upil di hidung menghitam terkena asap senthir. Karena listrik masih menjadi barang langka, piranti yang membutuhkan listrik pun berharga mahal. Televisi hanya ada 1, dimiliki orang terkaya sedusun. Efek positifnya anak-anak jadul (jaman dulu) tidak terkontaminasi separah anak-anak jaman sekarang. Walaupun demikian, keberadaan listrik bisa dikatakan sebagai penanda perubahan jaman, dari jaman kegelapan menuju jaman yang terang benderang,hehe.

Sejarah

“Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah”
               Perusahaan Listrik Negara (PLN) memiliki sejarah yang panjang, mengiringi sejarah negara tercinta ini. Pada tanggal 27 Oktober 1945, Presiden Soekarno meresmikan leluhur  PLN  yang bernama Jawatan Listrik dan Gas dengan kapasitas pembangkit tenaga listrik 157,5 MW. Jika ditelusuri lebih ke belakang, sejak masa penjajahan Belanda perusahaan NV. NIGM telah merintis usaha di bidang listrik dan gas.

            
                 Pada tanggal 1 Januari 1961, BPU- PLN  (Badan Pimpinan Umum Perusahaan Listrik Negara) dibentuk untuk mengelola listrik, gas dan kokas negara. Empat tahun selanjutnya, terlahirlah dua perusahaan utama, yaitu  PLN  (Perusahaan Listrik Negara) dan PGN (Perusahaan Gas Negara). Setelah ditetapkan statusnya sebagai Perusahaan Umum pada tahun 1972,  PLN  berubah menjadi Perusahaan Perseroan pada bulan Juni 1994. Hingga kini, tepatnya besok tanggal 27 Oktober 2012,  PLN  telah mengabdi menyediakan listrik bagi negara ini selama 67 tahun, hampir setua negara ini!

            Ada suatu anekdot, bahwa listrik di era keemasan Soeharto adalah salah satu faktor yang menyukseskan program KB (Keluarga Berencana). Mengapa? Mungkin ya, setelah listrik tersambung ke rumah-rumah, lampu pun berpijar, dan sang kotak televisi menghibur para bapak dan ibu, program KB dapat terlaksana dengan sukses. Daaaaaaaaaaan…hanya dua anak yang hadir di keluarga mereka,hehe..

Harapan untuk PLN

            Menginjak usia yang tak lagi muda,  PLN  telah kenyang mencicipi puja-puji, bahkan caci-maki dari berbagai pihak. Masih ada beberapa kekurangan dalam pelayanan  PLN . Sangat tidak bijak bila kita hanya memandang permasalahan dari sudut kita sendiri dan menyalahkan  PLN  saja. Perjuangan  PLN  beserta segenap pegawainya harus dihargai, jangan hanya menilai dari kesalahan-kesalahannya saja. Bahkan mungkin, kesalahan-kesalahan tersebut bukan murni kesalahan  PLN . Akan tetapi, tentulah seluruh warga negara Indonesia memiliki harapan-harapan bagi  PLN .

            Setiap warga negara sangat berharap ikut menikmati aliran listrik, dimanapun mereka berada, termasuk mereka di daerah-daerah yang jauh dari pusat keramaian. Masih ada beberapa titik di peta Nusantara yang belum ikut merasakan malam yang benderang. Sebagian berusaha sendiri dengan mesin genset yang menghabiskan BBM dalam jumlah yang tidak sedikit. Di tempat lain, masih terjadi pemadaman mendadak akibat berbagai faktor. Seperti yang dialami para penduduk tepi Indonesia di Kecamatan Entikong Kalimantan Barat. Listrik di daerah tersebut telah byar-pet selama 2 bulan. Apabila terkait faktor teknis, seharusnya  PLN  dapat lebih sigap mengantisipasinya. Bahkan setiap 3 kilometer,  PLN  memasang LBS di jaringannya untuk berjaga-jaga bila terjadi masalah. Kami semua berharap seluruh daerah di Indonesia dapat merasakan aliran listrik  PLN , selain itu pemadaman listrik diminimalkan yaitu dengan mengantisipasi apabila terjadi faktor-faktor pengganggu.

            Beberapa waktu lalu,  PLN  disorot akibat audit BPK yang menyatakan  PLN  telah melakukan pemborosan pada tahun 2009 dan 2010, terutama disebabkan oleh pemakaian BBM. Saya berharap  PLN  dapat menghasilkan listrik dengan lebih efektif dan efisien. Harapan ini mulai terjawab, yaitu dengan adanya fakta bahwa realisasi konsumsi BBM  PLN  pada semester I tahun 2012 turun sebesar 23% dibandingkan semester I tahun lalu. BBM mulai disubstitusi dengan batubara dan gas. Akan tetapi, baik gas dan batubara termasuk SDA yang tidak dapat diperbaharui alias bisa habis di masa depan. Harapan saya  PLN  tetap menggalakkan pembangunan pembangkit listrik dengan sumber energi yang lebih bervariasi, seperti panas bumi, angin dan surya. Bahkan pembangkit listrik tenaga surya mulai dilirik sebagai solusi masalah listrik di pedalaman.

            Berbagai keluhan tentang calo listrik telah ditindaklanjuti dengan fasilitas permohonan penyambungan baru, perubahan daya dan penyambungan sementara yang bisa dilakukan secara online. Masalah eksternal kayak gitu udah beres, bagaimana dengan kecurigaan permainan oknum-oknum di dalam  PLN . Hasil laporan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) yang menemukan adanya kerugian negara sekitar Rp 37,59 triliun lebih, dalam pengelolan ( PLN ) menguatkan kecurigaan tersebut. Apabila benar-benar ada, tentulah setiap warga negeri ini berharap besar korupsi dan permainan uang dapat dibersihkan dari setiap lini kehidupan, termasuk di dalam  PLN  itu sendiri.

            Berulangkali pula saya mendengar berbagai musibah kebakaran yang terjadi, terutama di ibukota, disebabkan oleh korsleting arus listrik. Bukan salah  PLN , tapi lebih pada kesalahan si empunya rumah yang menyambung aliran listrik dengan tidak aman atau menggunakan peralatan listrik yang telah berusia lanjut sehingga kabelnya rentan korsleting. Bukan tanggung jawab  PLN  memang, tapi alangkah baiknya bila  PLN bersedia melakukan sosialisasi dan razia penyambungan listrik ilegal tersebut. Asalkan pegawai  PLN  juga jujur, tidak memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan dengan memalak warga yang tertangkap berbuat curang. Yaa demi kebaikan bersama juga kan :D

            Hal lain yang sering memberatkan adalah TDL (Tarif Dasar Listrik). Namun, penentuan TDL sendiri adalah wewenang pemerintah, bukan  PLN . Semoga pemerintah terketuk hatinya untuk meningkatkan subsidi listrik bagi kami rakyat jelata agar tarif dasar listrik bisa lebih rendah dan tidak memberatkan kami.

            Di hari Ulang Tahun  PLN  yang jatuh pada tanggal 27 Oktober depan, saya mengucapkan terima kasih atas jasa-jasa  PLN , semoga  PLN  menjadi penyedia listrik yang lebih handal dan semakin sempurna pelayanannya. Semoga harapan-harapan saya di atas, dan juga harapan seluruh warga negara Indonesia atas  PLN , dapat terkabul. Aamiiin.

Listrik Untuk Kehidupan yang Lebih Baik!


Terinspirasi oleh :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar