5 Juni 2011

IPK???


Kadang-kadang saya teringat pas pertama kali menjejakkan kaki di kampus ini, ya pas daftar ulang. Pagi buta kami sampai di pool bus di ceger,menyusur jalan dan gang kecil menuju rumah kos kakak tingkat. Sampai di sana kami beristirahat,menunggu giliran mandi,bersiap-siap ke kampus untuk daftar ulang. Bertemu dengan senior adalah waktu yang tepat untuk menggali informasi. Kampus ini sudah masyur dengan kejayaan alumninya, dan tentu saja, tenar dengan kisah-kisah pahit mereka yang terpaksa pulang lebih awal.
Di masa-masa awal dulu, saya nggak terlalu paham mengenai DO dan tetek bengek-nya. Pokoknya DO itu harus pulang dan ga bisa melanjutkan kuliah di sini lagi. Titik. Pertanyaan selanjutnya yang (hampir) selalu lahir di kepala-kepala botak para mahasiswa dan mahasiswi baru (ga botak,tentu saja) adalah bagaimana agar tidak sampai terjerat oleh jebakan DO. Ya kan? Tiga hal pesan yang saya tangkap dulu; pertama, jangan sering-sering absen; kedua IP dan IPK harus “selamat”, jangan terlalu jongkok; dan ketiga, jangan neko-neko, nyeleneh. Itulah trio (bukan warung makan) yang selalu dicamkan di hati, diucapkan lisan, dan diamalkan dengan perilaku.

Dan sekarang saya masih di sini, mengetik artikel pendek ini. Saya hanya menjalankan resep racikan kakak-kakak tingkat dengan sederhana saja. Udah beberapa kali, saya mendengar (bahkan menyaksikan) kisah-kisah pilu mereka yang tidak beruntung harus mengepak koper lebih awal dan kembali ke rumah. Akan tetapi, sebagian dari mereka berhasil menembus kembali USM STAN, sebagian yang lain merajut asa di tempat lain yang bisa saja lebih sukses dari kita. Amiiin. Tuhan punya rencana tersendiri dan tahu yang terbaik untuk kita.

Dari kasus-kasus tersebut, banyak yang disebabkan oleh musuh (atau sahabat) para mahasiswa mahasiswi STAN, yaitu IP. Yah anggap saja IPK itu kakaknya IP, sama aja. IP bisa membuat mahasiswa/I tersenyum beberapa hari seperti kehabisan persediaan obat, atau bisa kontradiktif, membuat seseorang bermuram durja selama beberapa bulan seperti kekurangan nyawa. Musuh sahabat.

IP (Indeks Prestasi) adalah ukuran kualitatif atas kemampuan seseorang di bidang akademik (pada umunya). Yang perlu dicatat di sini adalah tentang kemampuan di bidang akademik, jadi bila kamu jagonya olahraga, dewa dalam bermain nada atau tarik suara, aktif berorganisasi sana sini, IP tidak peduli dengan itu semua. Yang pasti, jangan merasa kecil hati bila kecil IP. Tapi, bolehlah saya bilang kamu boleh berbangga hati dengan IP tinggi dan kemampuan non-akademik juga hebat. Mahasiswa “sebenarnya”.
Masalahnya, apakah efektif IP untuk mengukur kemampuan akademik seseorang? Memang tidak akurat 24 karat, tetapi manusia selalu butuh ukuran kuantitatif untuk hal-hal yang abstrak, semisal kemampuan akademik. Memang ada sih (banyak mungkin) mahasiswa/i yang suka SKS-an. Sistem Kebut Semalam?Sistem Kebut Sejam?Sepuluhmenit?Satumenit?Sekejap?Terserah sih, nasib di tangan orang itu sendiri,hehe..Carilah metode belajar yang paling efektif buat kamu. Ada yang bisanya belajar sambil dengerin musik cadas, ada yang suka sambil ngaca sambil baca materi sambil mengagumi dirinya sendiri, ada juga yang harus di tempat tinggi (pucuk tiang listrik, menara SUTET,dll). Silahkan kamu kembangin kreatifitas kamu dalam mencari ilmu. Bila di kelas kamu terkekang, waktu-waktu di luar kelas adalah kebebasanmu. Satu hal yang pasti harus diingat, dicamkan dalam hati dan pikiran, diucapkan dengan lisan, dan diwujudkan dengan tindakan adalah BELAJAR BUKAN UNTUK NILAI, TETAPI UNTUK ILMU. Nilai adalah bonus dari ilmu. Nilai akan mengikuti ilmu kemanapun kamu pergi.
Menjelang ujian, fotokopian biasanya penuh dengan kisi-kisi. Bahkan mungkin saja mas-mas fotokopiwan itu lebih mengerti dan fasih dalam mata kuliah kita. Jangan sampai kita kalah dengan mereka. Ilmu kita harus lebih tinggi dari mereka yang hanya tahu dari kisi-kisi. Kita ada buku-buku berdebu, modul-modul bagus tanpa tekukan, presentasi dosen yang membeku di harddisk. Buka lagi, baca lagi, mengerti lagi, pahami lagi. Atau Anda memang bercita-cita berhenti di mesin fotokopi dan Anda hanya tahu tentang kisi-kisi?
Ada yang bilang kisi-kisi memanjakan, ada yang bersikeras bahwa kisi-kisi membantu, ada yang marah-marah kisi-kisi justru menipu, ada yang menangis kisi-kisi yang mengantarkannya pulang, ada yang mengumpat, memaki-maki sepanjang hari. Merekalah yang tidak mendapat kisi-kisi sama sekali dan ujiannya hanya copy paste kisi-kisi. Ada pula yang bersuka cita karena tidak mendapat kisi-kisi dan soalnya sama sekali berbeda dengan kisi-kisi. Merekalah orang-orang yang bahagia mencari kawan dalam penderitaan.:)

Saya bosan bilang kita harus belajar. Tapi mau gimana lagi, untuk menjadi mahasiswa mumpuni dengan ilmu yang sesungguhnya kita harus belajar. Apakah manusia bosan untuk lapar dan harus makan?Yah mau gimana lagi kan. Jangan andalkan kisi-kisi, jadikan kisi-kisi seperti lilin untuk mencari lampu petromax saat mati listrik. Bukankah Tuhan tidak menulis jalan hidup Anda dalam secari kertas kemudian menjatuhkannya dari langit untuk Anda baca, atau mungkin bisa Anda ubah jalan ceritanya, ya kan?
Ilmu bukan sekedar angka. Banyak hal yang jauh lebih berharga dari angka. Apabila IP menyelamatkan Anda hari ini, belum tentu di masa depan. Ilmu akan setia bersamamu,menemanimu saat kamu sudah tua dan dunia mulai lupa. Romantis sekali. Kesimpulan : Carilah calon suami atau istri yang berilmu.:D
Long life education mas bro mbak sista!!! :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar