12 Juli 2010

Saya Masih Suka Tertawa

Saya masih suka tertawa. Bercanda dengan teman-teman. Ngakak sama-sama.
Saya masih suka malas-malasan. Malas cuci piring, malas belajar, malas nambah pengetahuan, malas mencoba hal yang baru, malas mendengar makian orang lain, dan banyak lagi…Saya masih suka lupa materi kuliah, berprinsip “kerjakan dan lupakan”, masih sering lupa naruh kunci kamar, lupa ga bayar donat, lupa kalo saya pelupa!!
Saya masih suka tidur ngelamun dan berpikir “ Mau jadi kayak apa saya ntar.” Saya masih kadang menyesal nggak mengembangkan diri dan otak saya. Suka menyesal kenapa nggak bisa berkarya sesuatu yang “wah”, walaupun itu sekedar tugas kuliah. Suka menyesal kenapa pelajaran SMA yang dulu didapat kok udah menguap dari otak. Apa kepala saya terlalu panas?
Saya rindu lagi dengan teman-teman SMA, dengan guru-guru SMA, dengan kakak beradik integral dan diferensial, dengan bintang dan galaksi gelap di angkasa, rantai hidrokarbon yang kayak silsilah raja-raja, penyakit genetika yang bikin penasaran, saya rindu mereka,..kecuali Fisika,hahaha
Saya masih ingin jalan-jalan di pematang sawah, mencium aroma embun pagi, memetik bulir padi dan memeriksa isinya. Masih kangen sama liatnya tanah sawah, rumput yang menunggu di”rampas”, aliran sungai keringat dari dahi ke dagu dan dinginnya air desa.
Saya kepingin bisa memutuskan sesuatu dengan cepat. Tegas dan keras, ga peduli apa kata orang, ga peduli orang memaki dan mencaci. Saya kepingin ga peduli…
Saya masih belum bertemu dengan jawaban-jawaban. Apa memang nggak perlu bertanya toh jawaban selalu bersembunyi dalam gelap?
Saya masih kepingin jadi anak-anak, masih berpikir sederhana seperti kanak-kanak. Yang suka berlarian bebas, tidak takut jatuh dan terluka, yang penasaran sama banyak hal dan mencobanya satu-satu. Bukankah hidup seperti itu, harus bebas berlari mengejar keinginan kita, jatuh dan terluka itu terlalu biasa. Saya ingin seperti itu, dan bila bener-bener usaha sudah buntu, jalan sudah habis, saya pingin bisa bilang “ya sudahlah. Setidaknya saya mencoba”. Membiarkannya pergi dan melupakan kegagalan itu.
Dulu pemandu saya di UGM pernah nyuruh bikin surat untuk diri sendiri 10 tahun lagi. Dan mungkin 10 tahun lagi saya Cuma bisa senyam-senyum, ngelamun (lagi), ngetawain masa-masa kuliah.
Dan pastinya, saya akan rindu masa-masa kuliah di sini, di STAN. Rindu ketawa-ketawa di sini, lelucon-lelucon autis di sini, kekonyolan-kekonyolan ini. Saya ga mau hidup itu monoton, harus ada yang diingat dan diceritakan sama anak-cucu, entah itu sedih atau bahagia. Bukankah kita merasa bahagia karena pernah merasakan kesedihan?
Saya masih seperti pertama kali masuk ke sini. Entahlah itu suatu kebodohan karena ga berkembang atau itu sebuah stabilitas…
Dan tulisan saya juga masih kaya anak SD..semrawut dan ga beraturan alur dan alirnya..



Tidak ada komentar:

Posting Komentar