21 Juni 2010

Jalan Seorang Teman

Ini sebuah kisah kecil yang saya dapat saat liburan di kampung halaman. Kecil tapi buat saya bermakna. Ada pelajaran dari Allah yang terselip di dalamnya.
Siang itu, bakda Jumatan, iseng-iseng saya kepingin potong rambut. Sekedar membenahi model rambut yang kata temen saya namanya Kretong,haha..Bagian pinggir yang pendek dengan bagian tengah memanjang. Kenapa namanya Kretong? Kata temen kos saya itu, nama itu terinspirasi dari sebuah film Thailand dimana tokoh utamanya-si penakluk buaya- memiliki potongan rambut yang mirip saya. Apaan ya??
Naik motor paling Cuma 2 menitan, saya udah sampai di salon. Aneh rasanya cowok masuknya di salon, tapi ke salon Cuma potong rambut saja tidak pernah memilih perawatan lainnya. Di depan salon itu, ada sebuah angkringan. Agak kurang wajar, soalnya matahari masih di atas kepala, tapi angkringan udah berdiri. Dan kejutannya, ternyata si empunya angkringan itu temen SD saya!!

Sayangnya, kita Cuma sebentar bertukar kabar karena dia buru-buru mengambil barang yang tertinggal. Nggak apa-apalah, tujuan utama saya mau ke salon kok.
Masuk ke salon, nunggu sebentar, baru deh giliran saya tiba. Sambil memotong rambut, mbak yang jaga salon bercerita kemana-mana. Si mbak yang notabene kakak tiri temen saya tadi bercerita tentang kehidupan temen saya tadi.
Ternyata angkringan itu baru berumur seumur jagung, belum genap 4 hari. Sebelumnya, temen saya itu merintis usaha jualan rujak di berbagai tempat. Mulai dari SD sampai SMEA dia telusuri. Hebatnya, dia nggak pernah malu berjualan di SMEA yang siswi-siswinya ga beda jauh usianya. Woow..
Jualan rujak nggak gampang lho. Dan nggak selalu laku, apalagi di musim hujan. Omset bisa jatuh. Tapi apa mau di kata, temen saya tetap berjualan tanpa kenal lelah. Dia sebenarnya lulus SMA seperti saya. Bahkan dulu di SD saya masih ingat, dia dulu pindahan dari Wonosari, pas kelas 4 SD. Dia pandai, otaknya cemerlang, cerdaslah termasuknya. Hanya mungkin nasib berkata lain. Selepas SD, kami menimba ilmu di SMP dan SMA yang berbeda. Denger-denger kehidupan keluarganya kurang harmonis. Dan dia pun melenceng dari jalur, mulai berubah, dan mungkin menemukan jalan yang salah. Kata mbaknya, dia memang berhasil lulus SMA, tetapi ijazahnya masih ditahan pihak sekolah. Alasannya, entah dari bulan apa dia menunggak pembayaran SPP. Padahal orang tuanya yang kala itu tergolong berada tidak pernah telat dalam memberi uang untuk membayar SPP. Kemana uang itu? Hanya teman saya itu yang tahu…

Kini, kata si mbak, kehidupan sudah berubah. Orangtuanya sudah nggak seperti dulu lagi. Ekonomi makin sulit. Dan dia harus berjuang sendiri, mulai dari berjualan rujak itu. Si mbak yang nggak tega melihat adik tirinya, menawarkan usaha angkringan yang dibiayai bersama. Teman saya pun mengangguk setuju. Mentalnya memang kuat. Usaha apapun, asalkan halal, akan dilaksanakannya. Dan sekarang telah berdiri tenda angkringan di depan salon si mbak. Walaupun baru 4 hari, tapi siapa tahu dia kelak jadi pengusaha besar.
Dan si mbak pun ikut memikirkan nasib adik temen saya itu. Kebetulan adiknya satu kelas juga dengan adik saya pas SD. Cuma berpisah juga di SMP. Pinter juga lho adiknya, demikian kata adik saya. Cuma agak pendiem dan jarang bergaul aja. Sekarang sudah saatnya adiknya meneruskan ke bangku lebih tinggi. Katanya pingin belajar di STM. Dan si mbak berjanji sepenuh hati ingin menjaga adik keduanya itu supaya nggak tersesat, supaya bener-bener bisa belajar dan bisa jadi orang, katanya. Amiiin…

Jalan orang memang nggak bisa ditebak. Saya dan temen saya merintis jalan di tempat yang sama, di SD tua tercinta kami. Jalan kami berbeda. Tapi saya kagum dengan sikap pantang menyerahnya. Mungkin terkadang dia menyesal dengan apa yang telah dia tempuh selama, dengan apa yang telah dia pilih selama ini. Penyesalan nggak pernah berguna tanpa usaha memperbaikinya. Temen saya mungkin nggak bisa memutar kembali jarum jam ke 8 tahun sebelumnya, saat dia pertama kali menginjakkan kaki di SMP. Nasi sudah menjadi bubur, maka bubur itu harus kita nikmati. Iya, temen saya memperbaiki semua kesalahannya di masa lalu dengan cara yang berbeda, dengan cara yang benar-benar mengagumkan. Dia bekerja, pantang menyerah, tanpa rasa malu dan minder, karena memang hanya ini yang dia punya dan masih bisa dia lakukan. Saya hanya bisa berdoa untuk dia, kelak dia pasti bahagia dengan segala kelebihan yang dia miliki.

Kata temen saya di FB, “ Masa depan adalah keputusan.” Iya, kita harus mengambil keputusan, mau jadi seperti apa kita 1, 2, 3 atau 20 tahun lagi. Atau bahkan kita mau meninggal sebagai apa kelak. Tentunya jalan tak pernah seperti jalan tol yang mulus, tanpa batu tajam dan genangan air. Tentunya jalan kita selalu lurus tanpa kelokan, tanpa jurang di kiri-kanan, dan tentu saja tanpa persimpangan. Di persimpangan itulah kita memilih, kita diajarkan bertanggung jawab dengan keputusan kita. Terlepas itu benar atau pun salah menurut orang lain. Hey!! Kebahagian hidupmu adalah milikmu dan kamu yang memutuskan untuk bahagia atau nggak…
“Nggak ada keputusan yang bener-bener tepat. Kitalah yang harus membuat keputusan itu menjadi tepat.”

2 komentar:

  1. hooo.. ternyata kalimat ini "Nggak ada keputusan yang bener-bener tepat. Kitalah yang harus membuat keputusan itu menjadi tepat,” punyanya mas Anjar...

    Good Goood

    BalasHapus
  2. bukan dek,..
    itu tu dari suatu novel,tp aku lupa judulnya,
    hee...
    oleh-oleh ya dek

    BalasHapus