Pernah melihat
pocong?! Jika belum, seperti saya, maka seharusnya kita bersyukur tidak
beruntung pernah melihat “dia”. Tapi beberapa hari lalu, saya beruntung sempat
melihat “pocong”. Di pagi hari malah, ketika mentari bersinar indah dan jalanan
ramai dengan kendaraan.
sumber |
Banyak orang
malah yang ikut menyaksikan si “pocong”. Saksi mata bukan hanya saya!!
Si “pocong”
bergantungan di menara listrik di dekat halte Central Senen, tepatnya tanggal 3
Januari kemarin. Banyak motor berhenti di atas flyover demi mengagumi
keberanian (atau kenekatan) si “pocong”. Macet jadinya jalanan. Si “pocong”
jadi tersangka utama penyebab kemacetan di seputaran Senen pagi itu.
Petugas damkar
juga kesulitan membujuk dia untuk menghentikan aksi yang sensasional ini.
Diperkirakan si “pocong” telah bergelantungan di menara listrik itu sejak dini
hari atau subuh. Bukan karena omzet film lagi sepi, tapi si “pocong” meminta
bertemu anggota DPR. Entahlah siapa anggota DPR yang dipuja oleh si “pocong”.
Katanya si
“pocong” adalah orang stress yang nekad memanjat menara Senen.
Sebenarnya
fenomena si “pocong” ini tidak bisa disepelekan begitu saja. Terlepas apakah si
“pocong” berakal sehat atau tidak, aksi-aksi sensasional kerap terjadi di
negeri ini. Demi keadilan.
Kisah terbaru
tentunya aksi jalan kaki para petani dan aktivis agraria dari Jambi ke Jakarta
di penghujung 2012. Perjalanan antar pulau yang orang biasa pun tak pernah
memikirkannya. Demi keadilan. Demi tanah tempat mereka hidup yang dirampas oleh
perusahaan perkebunan dan hutan produksi. Perusahaan tersebut mengaku sudah
mengantongi izin resmi dari pemerintah. Oleh karena itu, para petani yang
sebagian adalah suku Anak Dalam ingin bertemu dan menyampaikan aspirasinya
langsung kepada presiden di ibukota.
sumber |
Perjalanan lain
yang tak kalah memilukan dilakukan oleh seorang arek Malang bernama Indra
Azwan. Bapak berusia 53 tahun ini kembali melakukan aksi jalan kaki ke Jakarta
dari Malang demi keadilan. Demi keadilan. Demi anaknya yang meninggal ditabrak
seorang perwira TNI bernama Joko pada tahun 1993. Berbagai upaya hukum telah
dilakukan oleh pak Indra. Sayang seribu sayang, di tahun 2008 keluarlah surat
putusan Pengadilan Militer Tinggi III Surabaya yang menyatakan kasus tersebut
telah kadaluwarsa karena telah lewat 12 tahun. Pak Indra pun ingin bertemu
empat mata dengan Bapak Presiden, menyampaikan ketidakadilan yang dialaminya
selama bertahun-tahun, dengan cara yang luar biasa. Berjalan kaki
Malang-Jakarta.
sumber |
Lain lagi yang
dilakukan Bapak Pong Harjatmo. Artis senior satu ini kerap kali menyedot
perhatian publik dengan aksi-aksinya yang ekspresif. Di tahun 2010, siapa
sangka ada orang yang memanjat atap gedung DPR, dan ternyata dia adalah Pak
Pong! Di sana beliau menuliskan kata “Jujur, Adil, Tegas”. Tak puas satu kali,
di tahun 2012 Pak Pong kembali memanjat gedung kura-kura tersebut. Motivasi
beliau hanya satu, agar anggota DPR berubah lebih baik, benar-benar mewakili
rakyatnya. Aksi beliau dilatarbelakangi kekecewaan atas kondisi DPR saat itu.
sumber |
Banyak orang
mengalami ketidakadilan. Sebagian terus berjuang melalui jalur hukum, sebagian
yang lain terpaksa menyerah. Akan tetapi, mereka yang merasa semua jalan
ternyata buntu memilih melakukan aksi di luar nalar manusia biasa. Karena
ketidakdilan dan kekecewaan yang mereka alami, mereka menjadi berani. Demi
keadilan.
sumber |
Apakah harus
dengan aksi yang gila, baru suara kita didengar?
Apakah setelah kaki
kita patah, baru suara kita didengar?
Apakah setelah
mulut kita terjahit benang, baru suara kita didengar?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar