1 Januari 2012

Catatan Kecil Konservasi Air


Di awal musim penghujan hampir setiap hari langit menumpahkan hujan. Sungai-sungai mulai meluap dan membanjiri daerah di sekitarnya. Di televisi sering muncul berita menyedihkan mengenai tanah longsor. Beberapa waktu lalu kita juga mengetahui bahwa kekeringan sempat melanda sebagian besar negeri ini sehingga beberapa daerah mengalami gagal panen. Setiap kejadian tersebut berkaitan dengan satu hal, yaitu air. Di satu masa kekurangan air, di waktu selanjutnya air berlebihan.

Sebenarnya, air tawar hanyalah sebesar 4% dari seluruh air yang ada di planet Bumi. Sedangkan air tawar yang bisa dimanfaatkan hanya sekitar 1% saja. Situs http://water.org menyatakan bahwa 884 juta orang mengalami kesulitan mendapatkan air bersih. Indonesia sendiri diperkirakan akan mengalami krisis air pada tahun 2025. Krisis air berarti bahwa ketersediaan air yang berkualitas tidak sesuai dengan kebutuhan manusia atas air. Sesuai dengan siklus hidrologi yang kita pelajari di bangku sekolah, kuantitas air di planet Bumi tidak berubah, yang berubah adalah proporsi antara air yang bisa digunakan dan air yang tidak bisa digunakan.

Hal tersebut menunjukkan air memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan. Bagaikan sebuah koin mata uang, air memberikan manfaat bila dikelola dengan tepat dan menimbulkan bencana bila kita lalai mengelolanya. Akan tetapi, nampaknya fenomena saat ini menunjukkan bahwa manusia telah menyalahgunakan air. Contoh paling nyata ada di ibukota, Jakarta. Banjir yang mampir tiap musim penghujan menunjukkan ada yang salah dalam tata kelola drainase dan aliran sungai di Jakarta. Daerah Aliran Sungai (DAS) dimanfaatkan penduduk Jakarta sebagai pemukiman padat penduduk. Hal tersebut terpaksa dilakukan karena tanah ibukota telah penuh sesak oleh manusia yang datang dari penjuru Indonesia. Akibatnya, fungsi DAS sebagai penopang kehidupan sungai terganggu serta sungai-sungai di Jakarta menjadi tempat sampah raksasa. Suatu pemandangan biasa sungai-sungai di Jakarta penuh dengan sampah plastik hingga sofa bekas. Pepohonan di hulu sungai juga makin lama makin menipis karena ditebang demi kebutuhan manusia akan lahan yang semakin tinggi.

Selain masalah bencana alam seperti banjir, umat manusia seharusnya mulai sadar akan rendahnya kualitas air tanah yang semakin menurun. Di kota-kota padat penduduk, lahan yang terbatas memaksa penduduk membuat septic tank berdekatan dengan sumber air tanah. Tak bisa dipungkiri, air tanah kita pun telah bercampur dengan bakteri E. coli yang berasal dari kotoran manusia. Salah satu solusi jangka pendek adalah dengan membuat sumur yang lebih dalam. Metode ini dipraktikkan tidak hanya oleh rumah tangga, tetapi juga oleh industri. Cara ini bukan tidak memiliki efek samping, saat ini justru Jakarta terancam mengalami penurunan muka tanah yang parah. Diperkirakan permukaan tanah Jakarta telah turun 4,1 meter sejak tahun 1974 hingga 2010. Bahkan pada 2030, tanah Jakarta diprediksi akan mengalami penurunan sebesar 6,6 meter. Daerah-daerah pinggir pantai menjadi lebih rendah dari laut sehingga selain terjadi banjir air rob di permukaan, intrusi air laut juga terjadi jauh di bawah kaki kita.

Konservasi Air dan Kearifan Lokal

Nenek moyang pastilah belum mengenal istilah konservasi air, tetapi tentu sudah menyadari pentingnya air bagi kehidupan. Sejak dahulu, kita telah diajarkan untuk menjaga dan melestarikan sumber daya air di sekitar kita. Upaya-upaya tersebut tercermin dalam kebudayaan masyarakat Indonesia yang sangat luhur, misalnya melalui cerita rakyat atau kepercayaan lokal. Pada masyarakat Jawa, dikenal suatu kepercayaan yang disebut gugon tuhon. Terdapat gugon tuhon yang berbunyi “Aja ngidoni sumur, mundhak suwing lambene” yang artinya jangan meludahi sumur, bisa-bisa bibir akan cacat. Mungkin terdengar tidak masuk akal, tetapi bila kita renungkan larangan tersebut masuk akal. Sumur adalah sumber air yang digunakan untuk berbagai keperluan, seperti mandi, mencuci, dan sumber air minum. Bila kita meludahi sumur berarti kita mengotori air sumur sehingga tentu saja mempengaruhi kesehatan orang yang meminum.

Sedangkan di masyarakat Kalimantan, terdapat cerita rakyat Batu Bagaung dan Nisan Ratu. Cerita rakyat yang saya ketahui saat SD ini mengajarkan kita agar jangan membuang sampah di sungai, walaupun hanya kulit jeruk nipis dan biji wijen. Bagi yang melanggar akan mendapatkan hukuman dari makhluk yang menghuni sungai tersebut.
Nenek moyang kita juga menyusun peraturan-peraturan adat yang melarang para anggota masyarakat agar tidak mencemari lingkungan, membuang sampah sembarangan, menebang pohon secara berlebihan. Ada sanksi sosial dari masyarakat bila terjadi pelanggaran. Mungkin metode-metode ini terasa ketinggalan zaman dan tidak modern, tetapi maksud yang dikandungnya adalah mulia, yaitu menjaga kelestarian air.

Konservasi Air Modern
Upaya konservasi air harus dimulai saat ini juga. Seperti kata pepatah “Lebih baik mencegah, daripada mengobati.” Mari kita galakkan gerakan menanam 1 milyar pohon. Target yang sangat tinggi dan tidak mudah, tetapi bukan tidak mungkin dilaksanakan. Tidak hanya di lereng-lereng pegunungan, tetapi juga di sudut-sudut rumah di perkotaan. Pohon memiliki fungsi ganda, sebagai filter udara kotor dan sebagai penahan air hujan. Bila tanah gundul tanpa tanaman berakar kuat, air hanya akan numpang lewat saat hujan. Akibatnya terjadilah banjir, tanah longsor, serta berkurangnya cadangan air untuk musim kemarau. Bahkan adanya pepohonan hijau juga berpengaruh pada kualitas air tanah yang bisa dimanfaatkan sebagai sumber air minum manusia. Baik kota besar maupun pegunungan wajib menjadi sasaran reboisasi. Selain menanam pohon, halaman rumah jangan disemen atau diaspal karena air tidak akan mempu meresap. Agar halaman atau jalanan tidak becek, lebih baik menggunakan paving block yang memungkinkan air meresap ke tanah. Hal-hal sederhana di atas patut kita ajarkan kepada anak-anak kita sejak dini. Dengan demikian, kebiasaan menjaga lingkungan akan terpatri dan dilaksanakan secara turun temurun.

Internet merupakan tempat yang sangat subur untuk menyebar benih gagasan, termasuk gagasan konservasi air. Dengan kita meng-update status Facebook atau berbagi tweet yang berkaitan dengan konservasi air, minimal orang akan membaca dan terpikir mengenai konservasi air. Apalagi bila kita seorang blogger. Blog merupakan salah satu media yang bagus untuk menyebarkan pentingnya konservasi air. Dengan pemaparan yang lebih lengkap dan menarik, bukan tidak mungkin orang-orang akan memberikan perhatian lebih terhadap konservasi air. Masyarakat akan lebih tercerahkan sehingga gerakan konservasi air dapat dilaksanakan secara komprehensif melalui metode-metode yang simpel dan menyenangkan.

Air yang tersisa di bumi sebaiknya dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Cucilah baju dan perkakas dapur ketika sudah penuh untuk menghemat air. Pastikan pipa dan saluran air tidak bocor sebab air yang menetes kian lama akan kian banyak. Di beberapa tempat telah memanfaatkan penampungan air hujan untuk memenuhi kebutuhan air.Yang harus diperhatikan adalah kualitas dan keasaman air agar tetap aman digunakan. Terkait dengan kebutuhan air minum yang kian meningkat, desalinasi (penyulingan) air laut dapat dijadikan opsi pemanfaatan air laut. Intinya, kita harus menggunakan air seefektif dan seefisien mungkin

Mari kita jaga air kita. Demi hidup kita, hidup anak cucu kita, dan demi keberlangsungan bumi beserta isinya :).
Referensi :
http://gustomien.xtgem.com/jowo
http://nonadita.com/2011/08/22/obsat-tentang-konservasi-air/
http://satuportal.net/content/jakarta-terancam-penurunan-permukaan-tanah
http://water.org

Artikel ini dibuat dalam rangka mengikuti Blog Writing Competition di http://lestariairku.dagdigdug.com

2 komentar:

  1. Pertamax: izin taruh anchor text mas

    Jual Grosir Sprei Murah | Piye kabare mas? Tes Psikotesnya? :D

    BalasHapus
  2. apik-apik wae,haha..psikotest lulus kabeh yoo..hehe

    BalasHapus