5 November 2010

Setir Kebaikan

Di beberapa kuliah Pengelolaan Utang, ditekankan bahwa Indonesia berusaha mengurangi ketergantungan atas utang luar negeri dan beralih kepada utang dalam negeri. Dijelaskan bahwa pinjaman luar negeri, baik bilateral maupun multilateral, memiliki misi khusus. Penyetiran.
Banyak hal yang disetir. Mulai kebijakan tembakau, sumber daya alam, investasi, dll. Misalnya pemberian pinjaman dengan syarat moratorium pembukaan hutan.
Entah aneh atau tidak menurut Anda, “misi-misi terselubung” itu terdengar baik dan indah. Kita memang harus menyelamatkan hutan, kita memang harus membebaskan Indonesia dari gumpalan asap rokok, kita harus ini, kita harus itu. Entahlah, itu terasa baik tapi juga terasa agak terpaksa untuk melakukannya.
Indonesia tidak mau didikte. Indonesia tidak sudi disetir siapapun dengan agenda apapun.
Seperti itukah?
Banyak orang di kiri dan kanan berbicara ini dan itu kepada Anda. Anda tahu itu baik, sungguh mulia dan indah bila terlaksana. Tetapi seperti Indonesia, Anda pun menaruh curiga.
Anda berkata “Aku tidak mau disetir. Aku tidak mau didikte.”
Tetapi, bukankah hidup selalu penuh pendiktean tanpa kita sadari. Fanatisme, etnosentris, dan paling berbahaya nafsu.
Selalu menyenangkan bila menjadi orang yang nerimo. Semua terasa indah tanpa bertanya kenapa. Alasan itu tidak penting karena tidak mengubah fakta. Ini terjadi dan memang saat ini terjadi.
Menyerahlah pada kebaikan. Hati yang membatu harus dilunakkan. Tangan yang masih terkepal harus terbuka lebar demi jabat tangan dan peluk hangat.
Demi kebaikan temanku..
Seperti kata seorang kawan, Aku mungkin salah. Tetapi bagaimana aku bisa menjadi benar bila aku tak pernah salah dan menyerah pada kekeliruan. Aku hanya menyerah pada kebaikan…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar