sumber |
Sebenarnya saya
adalah salah satu manusia yang tidak terlalu suka di dalam ruang tertutup. Tapi
bukan klaustrophobia juga lho. Hanya nggak suka aja. Oleh karena
itu, saya lebih suka pintu-pintu kamar di rumah terbuka. Bahkan pintu rumah
yang mengarah ke luar sering saya buka meskipun sudah diperingatkan soal
masalah keamanan. Selain pintu, jendela juga saya buka lebar-lebar. Bukan
karena saya hobi masuk rumah lewat jendela, tapi karena enak aja gitu ada
aliran udara di dalam rumah. Untunglah kebiasaan buka-pintu-dan-jendela ini tidak
berlaku untuk kamar istimewa, kamar mandi dan toilet.
Kebiasaan
tersebut masih saya lestarikan saat di bangku kuliah. Kamar saya termasuk kamar
yang teramat sering terbuka pintu dan jendelanya. Saat ke kamar mandi atau
nonton tv bersama gerombolan teman kos Al Kausar 51, pintu saya sering saya
biarkan terbuka. Toh tetep aman kan.
Kebijakan pintu
terbuka ini sepertinya dianggap semacam isyarat bagi teman-teman untuk dolan ke
kamar saya. Buat ngobrol, curhat, liat-liat kamar, atau sekadar nebeng
ngacak-acak tempat tidur yang telah tertata rapi. Nggak apa-apa sih asal tahu
diri aja, misalnya bawa cemilan gitu,hahaha. Tapi sumpah ya, benar-benar orang
nggak tahu diri yang tiba-tiba masuk kamar tanpa izin terus tiduran dan ngacak-acak
tempat tidur tanpa mberesin sama sekali dan pergi tanpa rasa bersalah.
Bahkan di masa
magang ini saya juga acapkali membuka pintu lebar-lebar. Kamar yang tidak
terlalu luas membuat hawa gerah melingkupi kamar. Tapi yaa ada aja temen yang
nyelonong masuk ke kamar. Agak herannya saya itu temen kamar sebelah jarang
membiarkan pintu kamarnya terbuka. Orang punya kesukaannya masing-masing.
Tapi bicara
pintu dan jendela, tentulah mereka memiliki tujuan mahamulia saat diciptakan.
Untuk keamanan dan kenyamanan. Menjaga keamanan penghuni dan seluruh
barang-barang di kamar tersebut. Sedangkan kenyamanan bermakna menjaga privasi
si empunya kamar.
Jadi sungguh
tidak sopan sekali ketika kamu membuka atau berusaha membuka pintu kamar orang
lain tanpa minta izin seperti mengetuk pintu atau mengucapkan salam terlebih
dahulu. Kesopanan ini sangat penting, sampai-sampai Nabi Muhammad yang mulia
memerintahkan kita mengucapkan salam 3x saat bertamu. Bila tidak ada jawaban,
berlapang dadalah untuk mengurungkan niat bertamu.
Lain lagi dengan
jendela. Jendela yang tertutup itu berarti tidak boleh dibuka tanpa izin
(kecuali keadaan darurat). Bahkan meskipun jendela terbuka, namun tirai-nya
menutup berarti kita nggak boleh membuka tirai tersebut ataupun hanya
mengintip. Gimana coba, saat kita membuka jendela atau membuka tirai tanpa
izin, si pemilik kamar sedang berganti baju?
Akan tetapi,
apabila mencurigakan semisal si penghuni tidak terlihat selama beberapa hari
dan tidak bisa dihubungi atau tercium bau tidak sedap bolehlah kita mengintip
kamarnya. Soalnya pernah beberapa kali saya mendengar kisah tragis seseorang
wafat tapi telat diketahui tetangganya. Kasihan ya L
Kesopanan tetap
wajib dijunjung dimana saja Sepele memang, tapi kebiasaan beradab yang
diajarkan papi mami di rumah harus tetep dipelihara walaupun sekarang kita jauh
dari rumah. Hormatilah privasi orang lain. Orang lain menilai tingkat kesopanan
dan peradaban kita dari apa yang kita lakukan sehari-hari.
Ini kamarku dan
tolong hormati itu. Seperti saya menghormatimu dan kamarmu J
sumber |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar