Sudah dua hari ini saya menyambangi stasiun Tanah Abang untuk berburu tiket kereta untuk pulang kampung. Tanggal 17 sampai dengan 20 Mei 2012 sudah sepakat untuk menjadi long wiken yang ditunggu-tunggu manusia rantau macam saya. Dan pulang kampung menjadi obsesi bagi sebagian besar warga Jakarta, apalagi kalau ada moda transportasi yang enteng di kantong, apalagi kalau bukan kereta ekonomi.
Begitu pula dengan saya. Untuk bisa mencapai kampung halaman di Wates sana, ada dua pilihan utama : bus atau kereta ekonomi. Karena kereta ekonomi menawarkan harga yang benar-benar menggoda, pilihan saya langsung tertuju padanya. Akan tetapi, “hukum” ekonomi selalu berlaku di sini. Apapun yang murah meriah, pasti butuh kompetisi yang ketat untuk mendapatkannya. Pastilah kompetisi yang terjadi ga lebay semacam pertarungan gitu, tapi dalam bentuk lain : ANTRI.
Aturan dari PT. KAI adalah pemesanan tiket kereta ekonomi dapat dilakukan pada H-7, sebelum itu, maaf Anda tidak akan dilayani. Kata “dapat” di sini secara alamiah akan diartikan bahwa kita boleh pesan tiket pada H-6 hingga beberapa jam sebelum keberangkatan. Dengan catatan, kuota tiketnya masih ada. Sayangnya, orang-orang rajin melihat kalender dan menandai kapan long weekend terjadi. Walhasil, terlambat sedikit saja, tiket kereta ekonomi pasti sudah ludes terjual.
Kemarin pagi, tepatnya tanggal 8 Mei 2012, saya meluncur ke Stasiun Pasar Senen yang tidak terlalu jauh dari kos. Jam masih menunjukkan pukul 5-an. Kesiangan pastinya, soalnya antrian untuk tiket kereta ekonomi sudah mengular sampai jauh belakang. Teman saya yang antri sejak subuh nampak nyempil beberapa baris dari belakang. Yang lebih rajin, berangkat sekitar jam 3-an, berada di barisan tengah. Saya sendiri berencana mencari tiket kereta Progo seperti halnya dua temen saya itu. Meskipun segitu banyaknya orang yang antri, tidak semuanya berniat memesan tiket KA Progo. Namun, sudah tipis harapan saya untuk naik Progo di tanggal 16 Mei malam kelak. Langsung deh tancap gas ke Stasiun Tanah Abang dengan harapan antrian-nya tidak semengerikan di Pasar Senen.
ilustrasi dari sini |
ilustrasi dari sini |
Ternyata benar. Antrian tiket di Stasiun Tanah Abang tidak seramai di Senen, sekitar sepertiganyalah. Saya mengantri tiket KA Bengawan tujuan Solo, turun di Wates, sejak pukul 05.30 hingga loket dibuka jam 07.00. Semakin mendekati pukul 07.00, orang berdatangan untuk mengantri semakin banyak sehingga antrian pun makin panjang dan sulit dikendalikan. Beberapa orang yang nggak sabar berusaha mencari celah untuk memotong antrian, apalagi sampai ada yang dibantu petugas keamanan. Orang lain yang sudah mengantri dari awal pun terpancing emosinya. Hampir-hampir ricuh, untunglah hanya teriakan-teriakan kasar saja yang keluar.
ilustrasi dari sini |
Setelah loket dibuka pukul 07.00, antrian perlahan bergerak maju. Akan tetapi, sekitar 15 menit kemudian terdengar teriakan dari depan bahwa tiket KA Bengawan sudah habis. Wow,.susah diterima oleh akal para pengantri! Meskipun sistem pemesanan tersebar di beberapa stasiun, tapi benar-benar aneh kok bisa-bisanya baru beberapa baris yang dilayani tiket sudah tak bersisa. Orang-orang berteriak minta kaca loket dipecahkan saja. Saya tidak langsung percaya tiket habis, jadi masih tetap mengantri dan terus maju. Ternyata memang sudah tidak ada tiket yang dijual lagi, kecuali kita mencari tiket di calo.Saya pulang (berangkat ke gedung TLC tepatnya) dengan tangan hampa.
Tiket KA Progo dan Bengawan tinggal harapan, jadi target beralih ke KA Kutojaya. KA Kutojaya sendiri berangkat pagi hari, 06.45, dengan tujuan Kutoarjo. Sayang juga sih, rugi satu malam, tapi mau gimana lagi. Hari Kamis, 09 Mei 2012, Stasiun Tanah Abang kembali saya datangi bersama dua teman saya. Pukul 04.00 sudah nampak orang-orang yang menginap di depan loket. Menurut perkiraan teman saya, peluang untuk mendapatkan tiket udah tipis, jadi mereka memutuskan pulang. Saya masih mencoba bertahan, siapa tahu beruntung,hehe..Semakin siang antrian makin menggila, bahkan 2x lipat dari kemarin pagi.
Keributan kemarin pagi tidak terulang dan pengantri juga lebih tertib di barisan masing-masing. Teman saya datang sekitar jam 06.30 untuk menggantikan saya berdiri di baris antrian. Fiuuh, lumayan juga berdiri desak-desakan selama 2 jam. Antrian mulai merangsek ke depan ketika loket dibuka. Pengantri di depan kami tidak hanya mencari tiket Kutojaya, tapi juga KA Bengawan dan KA Brantas. Maka kesempatan mendapatkan tiket Kutojaya masih besar. Semoga dapatlah! Alhamdulillah, pukul 07.26 teman saya berhasil mendapatkan tiket KA Kutojaya untuk 3 orang. Dengan harga 28 ribu perak per orang, memang butuh kekuatan kaki lebih untuk mendapatkannya.
ilustrasi dari sini |
Ada bapak-bapak paruh baya yang berdebat dengan petugas keamanan akibat kehabisan tiket. Bapak itu mengaku hari tersebut adalah hari keempat beliau datang mengantri dan selalu kehabisan tiket. Padahal bapak itu urutan kesepuluh dan tanpa disangka-sangka tiket yang diidam-idamkannya sudah habis sebelum gilirannya tiba. Menyesakkan sekali..
Saya membayangkan seberapa gilanya antrian untuk tiket lebaran esok. Pasti berkali-kali lipat ngerinya daripada antrian long wiken kayak gini. Semoga aja calo-calo juga diberantas, karena dengan sistem hanya tiket duduk, kuota tiket menjadi terbatas sekaligus menaikkan nilai ekonomi tiket tersebut. Memang sih, kenyamanan-nya jauh lebih baik. Tapi kalau tidak diimbangi dengan sistem yang lebih terjaga, KA ekonomi justru menjadi barang mewah yang menguras kocek. Bayangkan saja, ada tiket yang aslinya seharga 35 ribu dijual nyaris menembus angka 100 ribu perak per lembar. Halal tapi nggak berkah.
Semasa kecil saya sering menyempatkan menyaksikan si ular besi berdesing-berdesing berisik di dekat rumah. Yang benar-benar membekas adalah kereta api itu panjang, dan tentu saja berisik. Ternyata ga cuma keretanya yang panjang, antriannya juga sepanjang keretanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar